Home

Hasil dan Pembahasan | Bahan dan Metode Penelitian
Intersepsi Hujan Hutan Alam di Barito Ulu Provinsi Kal-Teng
Bahan dan Metode Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian
 
Desember 2002 - selesai, di Hutan Alam Barito Ulu provinsi Kalimantan Tengah.
 
Bahan Penelitian
Populasi vegetasi dalam sebuah plot berukuran 50 x 50 meter.
 
Alat Penelitian
1. Alat Manual
  • Jerigen 65 Liter untuk menampung air hujan kotor, air lolos dan aliran batang pada vegetasi berdiameter diatas 40 cm.
  • Jerigen 15 Liter untuk menampung aliran batang pada vegetasi berdiameter antara 10 cm hingga 40 cm.
  • Corong air berdiameter 20 cm untuk menghubungkan selang air ke dalam jerigen.
  • Lem atau getah sebagai perekat selang air yang mengelilingi batang pohon.
  • Selang air untuk menangkap aliran batang.
  • Pita meter untuk mengukur diameter batang pohon dan plot penelitian.
  • Suntoo Level untuk mengukur tinggi tegakan dan batang bebas cabang.
  • Gelas Ukur untuk menentukan volume air hujan, aliran batang, dan air lolos.

2. Alat Otomatis

  • 0.1 mm tipping bucket raingauge type V.U
  • 0.2 mm tipping bucket raingauge type ARG 100 (Champbell Scientific Ltd.,Loughborgh, UK).

METODE PENELITIAN

1. Pengukuran Curah Hujan

    Kedua alat penakar hujan otomatis diletakkan pada tempat terbuka. Jarak antara penakar hujan 150 meter dari tempat penelitian. Kedua tipping bucket berada pada ketinggian 15 meter dari permukaan tanah. Tipping bucket dihubungkan dengan sebuah data logger (Delta-T Devices Ltd.,Cambridge,UK) dengan interval 5 menit untuk mendapatkan data secara terus menerus.

    Sebuah corong dan jerigen berukuran 65 Liter ditempatkan pada daerah yang terbuka, dengan ketinggian 1 meter diatas permukaan tanah, dan bersudut tidak lebih dari 45 derajat dari tajuk pada plot penelitian.

    Untuk setiap kejadian hujan, pencatatan dilakukan setiap hari dari pukul 08.00 pagi hingga selesai. Apabila pada pukul tersebut masih terjadi hujan, maka pencatatan dilakukan setelah hujan benar-benar berhenti. Apabila pada saat pencatatn terjadi hujan, maka pencatatan dihentikan terlebih dahulu dan dilanjutkan kembali setelah hujan benar-benar berhenti.

    Pada alat penakar manual,  untuk mendapatkan data curah hujan dalam satuan milimeter, dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan curah hujan kotor (Pg) sebagai berikut :

    Ch = V : L

    dimana : Ch = Curah Hujan (mm)

                   V = Volume rata-rata air hujan (mm-kubik) 

                   L = Luas Corong (mm-kubik)

2. Pengukuran Diameter Tajuk

    Diukur dengan cara "Improvised technique" (Fellizar, 1976), yaitu dengan menetapkan satu titik sebagai pusat tajuk pada permukaan tanah, dari titik tersebut dibuat garis ke utara,  selatan, timur dan barat sampai pada tetes batas tajuk. Panjang rata-rata garis tersebut sama dengan diameter tajuk.

3. Pengukuran Tinggi Tegakan dan Batang Bebas Cabang

    Tinggi tegakan dan batang bebas cabang diukur dengan menggunakan alat Suntoo Level dengan cara membidikkan alat tersebut ke puncak teratas tegakan dan batang terbawah. Angka yang tertera bersatuan derajat dan untuk merubah kedalam satuan meter digunakan persamaan :

    Y = tg a x b

    dimana : Y = Tinggi tegakan atau batang bebas cabang.

                  a = Nilai yang tertera pada Suntoo Level

                  b = Jarak Pengukuran

4. Pengukuran Air Lolos

    Suatu populasi vegetasi dalam sebuah plot penelitian berukuran 50 x 50  meter, dengan pembuatan Grid dengan ukuran 10 x 10 meter, sehingga akan didapatkan 5 garis kolom dan 5 garis baris, dan didapatkan jumlah titik pengamatan sebanyak 16 buah titik pengamatan.

    Pengukuran air lolos menggunakan perpaduan 8 buah jerigen plastik bervolume 65 Liter dan corong berdiameter 20 cm.

    Penempatan alat ukur air lolos dilakukan dengan cara dipindahkan secara acak (Randomly relocated) dimana masing-masiang garis kolom akan ditempati dua buah perpaduan kedua alat tersebut setiap tujuh hari. Penempatan alat ditempatkan dengan ketinggian 0,5 meter dari permukaan tanah, hal ini untuk mencegah percikan yang terjadi pada lantai hutan pada saat hujan berlangsung.

    Untuk setiap kejadian hujan, pencatatan dilakukan pada pagi hari dari pukul 08.00 pagi hingga selesai.

    Dengan menggunakan metode tersebut, Moran (1974); Llyod dan Marques (1988) dari penelitiannya melaporkan bahwa kesalahan baku yang diperoleh kurang lebih 5%. Pengukuran air lolos dihentikan setelah memperoleh data sebanyak 30 kejadian hujan.

    Jumlah intensitas air lolos dapat diketahui melalui persamaan :

    I = Ch : Wh

    dimana : Ch = Curah Hujan (mm)

                  I    = Intensitas Air Lolos (mm/jam)

                 Wh = Waktu berlangsungnya hujan (jam)

5. Pengukuran Aliran Batang

5.1. Penentuan Kelas Diameter Batang

      Pemilihan vegetasi yang digunakan untuk mengukur aliran batang pada plot penelitian berdasarkan kelas diameter batang pohon. Pemilihan tersebut berdasarkan diameter pohon diatas 10 cm.

      Setelah jumlah pohon yang berdiameter diatas 10 cm diketahui, maka jumlah pohon tersebut dibagi-bagi kembali ke dalam beberapa kelas. Sebagai gambaran adalah sebagai berikut :

  • Kelas I     : 10 - 20 cm = N1
  • Kelas II    : 21 - 40 cm = N2
  • Kelas III   : 41 - 60 cm = N3
  • Kelas IV   : >60 cm      = N4
  • Jumlah pohon               = N (N1 + N2 + N3 + N4)

5.2. Penentuan Jumlah Pohon sampel

       Penentuan jumlah pohon sampel berdasarkan kelas diameter terpilih. Akan diperoleh jumlah pohon sampel tiap kelas sebagai berikut :

      Kelas I   = N : N1 = a sampel

      Kelas II  = N : N2 = b sampel

      Kelas III = N : N3 = c sampel

      Kelas IV = N : N4 = d sampel

      Jumlah pohon sampel = E sampel.

5.3 Plot Aliran Batang

      Aliran batang diukur pada jumlah pohon sampel dalam 4 kelompok kelas diameter. Jerigen bervolume 65 Liter dan 15 Liter kemudian ditempatkan secara acak bertingkat berdasarkan kelas diameter batang.

      Untuk mengukur besarnya aliran batang adalah dengan melingkarkan setengah selang plastik pada permukaan batang yang telah dibersihkan terlebih dahulu dengan ketinggian selang antara 1 hingga 5 meter diatas permukaan tanah. Hal ini untuk mencegah percikan air hujan dari lantai hutan pada saat hujan berlangsung. Selang direkatkan dengan Lem atau Getah sehingga posisi selang tetap berada pada tempatnya.

6. Perhitungan Intersepsi Curah Hujan

    Intersepsi diperkirakan dari hasil pengukuran hujan di tempat terbuka ( Gross Presipitation / Pg ), Air lolos ( Troughfall / Tf ), dan Aliran Batang ( Steamflow / Sf ). Selisih antara curah hujan di tempat terbuka, air lolos, dan aliran batang merupakan besaran intersepsi hujan ( Ic ).

    Ic = Pg - (Tf + Sf)

    dimana : Ic = Intersepsi tajuk (mm)

                 Pg = Curah Hujan kotor (mm)

                 Tf = Air Lolos (mm)

                 Sf = Aliran Batang (mm)

 

 

 

Enter content here


Enter supporting content here